Jumat, 29 Desember 2017

Makalah I'jazul Qur'an Tugas Ulumul Qur'an Dosen Dr, Arif Junaidi, M.Ag.

MAKALAH
I’JAZ AL-QUR’AN
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Ulumul Qur’an
Dosen Pengampu : Dr. Akhmad Arif Juniadi, M.Ag.

Disusun Oleh :
Zulfi Zabika Amani (1702046028)
KEMENTRIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
ILMU FALAK
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya, sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik. Shalawat serta salam tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di hari kiamat nanti. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu terselesaikannya makalah ini.
            Makalah ini kami buat dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Qur’an mengenai I’jaz Al-Qur’an. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan menambah pengetahuan serta wawasan bagi pembaca.
            Dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran kritik dan saran yang membangun dari pembaca.




Semarang, 25 Desember 2017

Zulfi Zabika Amani
DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR......................................................................         1
DAFTAR ISI.......................................................................................................      2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................      3
A.    Latar Belakang Masalah..................................................................      3
B.     Rumusan Masalah............................................................................      4
C.    Tujuan Penulisan..............................................................................      4
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................      5
A.    Pengertian, Tujuan, dan Fungsi I’jaz Al-Qur’an..........................      5
B.     Unsur-unsur yang menyertai Mukjizat Al-Qur’an.......................       7
C.    Macam-macam Mukjizat.................................................................      7
D.    Segi-segi Kemukjizatan Al-Qur’an.................................................       8
BAB III PENUTUP............................................................................................      11
A.    Kesimpulan........................................................................................      11
B.     Saran..................................................................................................      11
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................     12


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Nabi Muhammad SAW diutus ketika masyarakat Arab ahli dalam bahasa dan sastra. Di mana-mana diadakan musabaqah (perlombaan) dalam menyusun syair. Syair-syair yang dinilai indah, digantung di Ka’bah sebagai penghormatan. Penyair mendapat kedudukan yang sangat istimewa dalam masyarakat Arab. Hingga pada saat Al-Qur’an turun kepada Nabi Muhammad, dan masyarakat Arab mendengarnya, mereka terpesona akan susunan kalimatnya yang indah dan memiliki nilai sastra yang tinggi. Namun karena kesombongan, di antara mereka ada yang tidak mengakuinya dan menganggap bahwa Al-Qur’an adalah kitab perdukunan. Karenanya Al-Qur’an datang menantang mereka untuk meyusun semacam A-Qur’an, tapi ternyata mereka tidak mampu.
Al-Qur’an merupakan kalamullah yang diwahyukan Allah SWT. Kepada Nabi Muhammad SAW yang dijadikan pedoman bagi umat manusia. Selain berisi petunjuk hidup bagi umat manusia Al-Qur’an juga berisi berbagai mukjizat. Mukjizat adalah suatu peristiwa, urusan, perkara yang luar biasa yang dibarengi dengan tantangan dan tidak bisa dikalahkan. Setiap rasul yang diutus, selain membawa kitab yang di dalamnya mengandung petunjuk, kabar gembira dan peringatan, juga Allah bekali mereka dengan berbagai mukjizat untuk membantu mereka dalam berbagai kesulitan dan tantangan dari masyarakat yang menolak ajakannya sesuai dengan tingkat pola pikir masyaraknya.
Untuk itu dalam pembahasan kali ini, pemakalah akan mencoba menjelaskan apa itu kemukjizatan Al-Quran (I’jaz Al-Qur’an), macamnya, serta segi-segi kemukjizatan Al-Qur’an
B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, rumusan masalah yang didapat adalah sebagai berikut.
1.    Apa pengertian, tujuan dan fungsi dari Ijaz Al-Qur’an?
2.    Apa saja unsur-unsur yang menyertai Mukjizat Al-Qur’an?
3.    Apa saja macam-macam mukjizat?
4.    Apa saja segi-segi kemukjizatan Al-Qur’an?

C.    Tujuan Penulisan
Menurut rumusan masalah di atas, tujuan penulisannya adalah menjelaskan pengertian, tujuan dan fungsi dari Ijaz Al-Qur’an, macam-macam mukjizat, serta segi-segi kemukjizatan Al-Qur’an.




BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian, Tujuan, dan Fungsi I’jaz Al-Qur’an
1.      Pengertian I’jaz Al-Qur’an
Secara etimologi i’jaz berasal dari kata  اعجازا – يعجز – اعجز yang artinya melemahkan, memperlemah, atau menetapkan kelemahan. Sedangkan yang dimaksud I’jaz secara terminologi ilmu Al-Qur’an sebagaimana yang dikemukakan oleh Manna’ Khalil al-Qattan, I’jaz (kemukjizatan) adalah menetapkan kelemahan. Artinya, dalam pengertian umum kelemahan adalah ketidakmampuan mengerjakan sesuatu. I’jaz dalam pembahasan ini ialah menampakkan kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang rasul, dengan menampakkan kelemahan orang Arab dalam melawan mukjizat yang kekal yakni Al-Qur’an.[1]
Sedangkan mukjizat sendiri berasal dari bahasa Arab أعجز (a’jaza) yang berarti melemahkan atau menjadikan tidak mampu.[2] Menurut Al Munawar mukjizat didefinisikan sebagai sesuatu yang luar biasa yang diberikan oleh Allah melalui para nabi dan rasul-Nya sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian dan kerasulannya.[3] Jamaluddin al-Sayuti menjelaskan, bahwa mukjizat adalah suatu hal atau peristiwa luar biasa yang disertai tantangan dan selamat, yang pada akhirnya tidak ada satu pun yang sanggup menjawab tantangan dan melindungi kekuatan tersebut.[4]
Maka dapat disimpulkan, bahwa antara i’jaz dan mukjizat dapat dikatakan searti, yakni melemahkan. Hanya saja pengertian i’jaz mengesankan batasan yang lebih spesifik, yaitu hanya Al-Qur’an. Sedangkan pengertian mukjizat mengesankan batasan yang lebih luas, bukan hanya Al-Qur’an tetapi juga perkara lain.

2.      Tujuan dan Fungsi I’jaz Al-Qur’an
Mukjizat berfungsi sebagai bukti kebenaran para nabi. Mukjizat walaupun dari segi bahasa berarti melemahkan, namun dari segi agama, ia sama sekali tiddak dimaksudkan untuk melemahkan atau membuktikan ketidakmampuan yang ditantang. Mukjizat ditampilkan oleh Tuhan melalui hamba-hamba pilihan-Nya untuk membuktikan kebenaran ajaran ilahi yang dibawa oleh masing-masing nabi. Jika demikian halnya, ini paling tidak mengandung dua konsekuensi.
Pertama, bagi yang telah percaya kepada nabi, maka dia tidak lagi membutuhkan mukjizat. Mukjizat yang dilihat atau dialaminya hanya berfungsi memperkuat keimanan, serta menambah keyakinannya akan kekuasaan Allah SWT.
Kedua, para nabi sejak Adam a.s. hingga Isa a.s. diutus untuk waktu dan masyarakat tertentu. Tantangan yang mereka kemukakan sebagai mukjizat pasti tidak dapat dilakukan oleh umatnya. Jika tujuan mukjizat hanya untuk meyakinkan umat setiap nabi, boleh jadi umat lain dapat melakukannya. Kemungkinannya lebih besar bagi mereka yang berpendapat bahwa mukjizat pada hakikatnya berada dalam jangkauan hukum-hukum (Allah yang berlaku) alam. Namun, ketika hal itu terjadi, hukum-hukum tersebut belum lagi diketahui oleh masyarakat nabi yang bersangkutan.[5]
B.     Unsur-unsur yang menyertai Mukjizat Al-Qur’an
Secara garis besar, sesuatu dikatakan mukjizat jika di dalamnya mengandung beberapa unsur kemukjizatan, di antaranya adalah.
Pertama, mukjizat harus menyalahi tradisi atau kebisaan manusia, seperti mukjizat Nabi Ibrahim a.s. mampu selamat dari kobaran api. Secara kodrat semua manusia pasti akan kepanasan atau bahkan hangus jika tersentuh oleh api. Namun, Nabi Ibrahim a.s. mampu keluar dari kobaran api dengan selamat dan aman.
Kedua, mukjizat harus dibarengi dengan perlawanan, sebagaimana yang tejadi di zaman Nabi Musa a.s., ketika baliau dilawan oleh para tukang sihir yang dikumpulkan oleh Firaun untuk melawan mukjizat Nabi Musa a.s. berupa tongkat yang bisa berubah menjadi ular yang pada akhirnya dimenangkan oleh mukjizat Nabi Musa a.s.
Ketiga, mukjizat tidak bisa dikalahkan, seperti mukjizat yang diberikan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw untuk membelah bulan (QS. Al-Qmar [54]: 1). Begitu juga mukjizat berupa Al-Qur’an yang diberikan oleh Allah SWT kepada Rasul-Nya Muhammad saw. Sejak berabad-abad lamanya tidak ada yang mampu membuat atau menandingi kehebatan Al-Qur’an (QS. Al-Yunus [10]: 15).[6]

C.    Macam-macam Mukjizat
Secara garis besar mukjizat dapat dibagi dalam dua bagian pokok, yaitu mukjizat yang bersifat hissiyah (material indrawi) dan mukjizat yang bersifat aqliyah (rasional). Mukjizat nabi-nabi terdahulu semuanya merupakan jenis yang pertama. Mukjizat mereka bersifat material dan indrawi dalam keluarbiasaan tersebut dapat disaksikan atau dapat dijangkau langsung lewat indra oleh masyarakat tempat nabi tersebut menyampaikan risalahnya, seperti tidak terbakarnya Nabi Ibrahim dalam kobaran api, tongkat Nabi Musa yang berubah menjadi ular, Nabi Isa yang juga dibekali mukjizat berupa kemampuan menyembuhkan orang[7] atas izin Allah, dan lain-lain. Berbeda dengan mukjizat Nabi Muhammad saw, sifatnya bukan hanya hissiyah (material indrawi) melainkan juga bersifat aqliyah. Karena sifatnya yang demikian, maka ia tidak terbatas pada suatu tempat atau masa tertentu. Mukjizat Al-Qur’an dapat dijangkau oleh setiap orang yang menggunakan akalnya, kapan pun dan di mana pun. [8]
Perbedaan ini disebabkan karena para nabi sebelum Nabi Muhammad saw., ditugaskan untuk masayarakat dan masa tertentu. Karena itu, mukjizat mereka hanya berlaku untuk masa dan masyarakat tersebut. Ini berbeda dengan Nabi Muhammad Saw. yang diutus untuk seluruh umat manusia hingga akhir zaman, sehingga bukti kebenaran ajarannya harus selalu siap dipaparkan kepada setiap orang yang ragu, kapan pun dan di mana pun mereka berada.[9]

D.    Segi-segi Kemukjizatan Al-Qur’an
Para ulama sepakat bahwasanya Al-Qur’an tidaklah melemahkan manusia untuk mendatangkan yang sepadan Al-Qur’an hanya karena satu aspek saja, akan tetapi karena beberapa aspek, baik aspek lafzhiyah (morfologis), ma’nawiyah (semantik), maupun ruhiyah (psikologis).
Uraian singkat tentang aspek-aspek kemukjizatan Al-Qur’an sebagai berikut:
a.      Susunan Bahasanya yang Indah
Susunan dalam Al-Qur’an tidak bisa disamakan oleh apa pun, karena Al-Qur’an bukan susunan syair ataupun prosa. Namun ketika dibaca, maka saat itu terasa dan terdengar mempunyai keunikan dalam irama dan ritmenya.
b.      Uslub-nya yang menajubkan
Al-Qur’an memiliki gaya bahasa yang sangat indah, unik, dan menarik, terutama dari jalinan huruf-hurufnya yang serasi, keindahan ungkapannya, kemanisan gaya bahasa dan keteraturan ayat-ayatnya yang tidak dapat ditandingi oleh siapa pun.[10]
c.       Keagungannya
Al-Qur’an mempunyai kemegahan ucapan yang luar biasa yang berada luar kemampuan manusia untuk menguasainya atau mendatangkan persaamaannya. Kandungan Al-Qur’an dapat memengaruhi jiwa pendengaran dan dapat melembutkan hati-hati yang keras.
d.      Syariat yang sangat perinci dan sempurna
Al-Qur’an menjelaskan pokok-pokok akidah, hukum-hukum ibadah, norma-norma keutamaan dan sopan santun, muamalah, politik, sosial, dan kemasyarakatan. Al-Qur’an juga mengatur kehidupan keluarga, menjunjung nilai-nilai kebebasan, keadilan, dan musyawarah.
e.       Berita tentang hal-hal Gaib
Al-Qur’an banyak mengungkapkan hal-hal gaib, seperti mengungkap kejadian masa lampau, mengungkap juga peristiwa masa kini dan masa depan yang belum diketahui manusia.
f.        Sejalan dengan Ilmu Pengetahuan Modern
Al-Qur’an memuat hal detail mengenai berbagai ilmu pengetahuan yang sudah ditemukan terlebih dulu di Al-Qur’an sebelum ilmu pengetahuan modern menemukannya. Dalam ayat-ayat al-Qur’an secara tegas menunjukkan bahwa tidak ada pertentangan dengan ilmu pengetahuan modern, khususnya yang berkaitan dengan ilmu astronomi, walaupun al-Qur'an diturunkan jauh sebelumnya.[11]

g.      Menepati Janji
Al-Qur’an senantiasa menepati janji dalam setiap hal yang telah dikabarkannya, baik janji mutlak seperti janji Allah untuk menolong rasul-Nya maupun janji terbatas yaitu janji yang bersyarat separti harus memenuhi syarat sabar, takwa, dan sebagainya.
h.      Terkandung Ilmu Pengetahuan yang Luas
Al-Qur’an datang dengan membawa berbagai ilmu pengetahuan, baik ilmu hukum, muamalat, soaial, filsafat maupun ilmu alam dan lain-lain.
i.        Memenuhi Segala Kebutuhan Manusia
Al-Qur’an juga membawa petunjuk-petunjuk yang sempurna, fleksibel lagi luwes, dan dapat memenuhi segala kebutuhan manusia pada setiap tempat dan masa.
j.        Berkesan dalam Hati
Al-Qur’an dapat menggetarkan hati pengikut dan penantangannya. Seseorang yang sangat memusuhi Al-Qur’an bisa berbalik di bawah lindungannya, seperti Umar bin Khattab, Sa’ad bin Mu’az, dan Usaid bin Hudhair dan lain-lain.[12]


BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
I’jaz adalah menampakkan kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang rasul, dengan menampakkan kelemahan orang Arab dalam melawan mukjizat yang kekal yakni Al-Qur’an. Sedangkan mukjizat didefinisikan sebagai sesuatu yang luar biasa yang diberikan oleh Allah melalui para nabi dan rasul-Nya sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian dan kerasulannya.
Antara i’jaz dan mukjizat dapat dikatakan searti, yakni melemahkan. Hanya saja pengertian i’jaz mengesankan batasan yang lebih spesifik, yaitu hanya Al-Qur’an. Sedangkan pengertian mukjizat mengesankan batasan yang lebih luas, bukan hanya Al-Qur’an tetapi juga perkara lain. Mukjizat sendiri berfungsi sebagai bukti kebenaran atas para nabi.
Secara garis besar mukjizat dapat dibagi dalam dua bagian pokok, yaitu mukjizat yang bersifat hissiyah (material indrawi) dan mukjizat yang bersifat aqliyah (rasional).
Al-Qur’an juga mempunyai aspek-aspek kemukjizatan, di antaranya adalah susunan bahasanya yang indah, uslub-nya yang menajubkan, keagungannya syariat yang sangat perinci dan sempurna, dan lain sebagainya.

B.     Saran
Menyadari penulisan dalam makalah masih jauh dari kata sempurna, untuk ini kedepan nya penulisan akan lebih baik lagi dalam menyusun makalah diatas dan dapat lebih dipertanggung jawabkan lagi dalam membuat referensi.


DAFTAR PUSTAKA


Gunawan, Heri, dan Deden Suparman. 2015. Ulumul Qur’an. Bandung: Arfino Jaya.
Hambali, Slamet. 2013.  Astronomi Islam dan Teori Heliocentris Nicolaus Copernicus. Semarang: Jurnal Al-Ahkam. Vol 23, Nomer 2. http://journal.walisongo.ac.id/index.php/ahkam/article/view/24
Hamid, Abdul. 2017. Pengantar Studi Al-Qur’an, Cet. Ke-2. Jakarta: Prenadamedia Group.
Junaidi, Akhmad Arif. 2012. Penafsiran Al-Qur’an Penghulu Kraton Surakarta: Interteks dan Ortodoks, Cet. Ke-1. Semarang:  Program Pasca Sarjana IAIN Walisongo Semarang.
Shihab, M. Quraish. 2007. Mukjizat Al-Qur’an Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat lmiah, dan Pemberitaan Ghaib, Cet. Ke-2. Bandung: Mizan.









[1] Abdul Hamid, Pengantar Studi Al-Qur’an, (Jakarta: Penadamedia Group, 2016), cet. Ke-2, hlm. 85.
[2] M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an Ditijau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat lmiah, dan Pemberitaan Ghaib, (Bandung: Mizan, 2007), Cet. Ke-2, hlm. 25.
[3] Heri Gunawan dan Deden Suparman, Ulumul Qur’an, (Bandung: Arfino Jaya, 2015), hlm. 57.
[4] Abdul Hamid, Pengantar Studi Al-Qur’an, (Jakarta: Penadamedia Group, 2016), cet. Ke-2, hlm. 85.
[5] M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an Ditijau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat lmiah, dan Pemberitaan Ghaib, (Bandung: Mizan, 2007), Cet. Ke-2, hlm.35-36.
[6] Abdul Hamid, Pengantar Studi Al-Qur’an, (Jakarta: Penadamedia Group, 2016), cet. Ke-2, hlm. 86.
[7] Ahmad Arif Junaidi, Penafsiran Al-Qur’an Penghulu Kraton Surakarta: Interteks dan Ortodoksi, (Semarang:  Program Pasca Sarjana IAIN Walisongo Semarang, 2012), cet. Ke-1, hlm. 189.
[8] Abdul Hamid, Pengantar Studi Al-Qur’an, (Jakarta: Penadamedia Group, 2016), cet. Ke-2, hlm. 87.
[9] M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an Ditijau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat lmiah, dan Pemberitaan Ghaib, (Bandung: Mizan, 2007), Cet. Ke-2, hlm. 39.
[10] Heri Gunawan dan Deden Suparman, Ulumul Qur’an, (Bandung: Arfino Jaya, 2015), hlm. 62.
[11] Slamet Hambali, Astronomi Islam dan Teori Heliocentris Nicolaus Copernicus, ( Semarang: Jurnal Al-Ahkam Uin Walisongo) Vol 23, Nomer 2, Oktober 2012 http://journal.walisongo.ac.id/index.php/ahkam/article/view/24
[12] Abdul Hamid, Pengantar Studi Al-Qur’an, (Jakarta: Penadamedia Group, 2016), cet. Ke-2, hlm. 93-95.